Ujung Jalan

Akhir perjalanan adalah maut. Dunia adalah kendaraan seorang mukmin, yang dengannya dia berangkat menuju Tuhanya. Maka perbaikilah kendaraan kalian, niscaya ia akan membawa kepada Tuhan kalian.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rumah di atas laut

Senja di Perkampungan Suku Laut. Usiaku memasuki rembang petang digerogoti oleh zaman, mentari sebentar lagi kan tenggelam berganti dengan malam.

KEANGKUHAN

Ketegaranku untuk mempertahankan kokohnya pendirian. Aku berdiri tegak ditopang dengan dengan kekuatan yang maha dahsyat.

KINCIR ANGIN

Tak pernah lelah aku selalu bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Kadang aku berada diatas kadang di bawah selalu berganti. Aku bekerja siang dan malam.

Tes Paragraf

Tuesday, November 27, 2018

Belajar Mudah Klasifikasi Tumbuhan Berdasarkan Sifat Fitografi

Hasil gambar untuk bunga kambojaDalam mempelajari sistem klasifikasi tumbuhan banyak siswa maupun guru yang merasa kesulitan karena mereka beranggapan bahwa pelajaran tersebut hanya bersifat hafalan semata. Padahal belajar nama ilmiah tumbuhan atau penggolongannya, selain mengandung hafalan adalah yang utama adalah belajar tentang fakta tumbuhan itu sendiri. Belajar tentang fakta lebih mudah daripada menghafal nama penggolongan tanpa makna. Nama ilmiah atau penggolongan adalah mengandung makna tentang sifat-sifat yang menonjol dari tumbuhan itu yang menjadi ciri khasnya.
Nama ilmiah menyatakan karakter atau sifat ciri tertentu yang menonjol dari jenih tumbuhan itu. Karakteristik ini biasanya yang mudah dikenali dalam pengamatan, dan berhubungan dengan sifat fitografi bagian tumbuhan.

Baca juga: Sirih Cina: Si Kecil Yang Banyak Manfaat

Sifat akarnya
Nama bengkoang adalah lebih dikenali dari sifat akarnya yang menggembung; mengandung zat cadangan makanan berasa manis; akar yang demikian disebut pachyrrhizus (pachy = menggembung, rhizus = akar), maka nama ilmiahnya Pachyrrizus.
Sifat batangnya
Nama kayu manis adalah lebih dikenali dari warna batang dan kulit kayunya yang berwarna coklat (cinnameus) dan berasa manis; maka namanya ilmiahnya Cinnamomum (kayu coklat/manis).
Sifat daunnya
Tanaman hias tapak toke lebih dikenali dengan ciri daunnya yang menebal (crassus) berwarna bercak-bercak, maka memiliki nama ilmiah Crassula (tapak toke, berdaun menebal).
Eceng gondok lebih dikenali dari tangkai daunnya yang menggembung sebagai alat apung; nama ilmiahnya Eichhornia crassipes.
Kastuba lebih dikenali dengan daun-daunnya yang indah berwarna-warni (pulcher) dari genus Euphorbia, maka memiliki nama ilmiah Euphorbia pulcherrhima.
Keji beling memiliki daun dan batangnya berwarna (color), warna ungu, maka disebut Hemmigraphis colorata.
Semboja, jenisnya memiliki bentuk ujung daun yang berbeda-beda, ada yang berujung daun meruncing (acuminatus) dan ada yang berujung daun tumpul (obtusus), sehingga nama dikenal semboja: Plumeria acuminate, dan Plumeria obtusa.
Sifat bunganya
Tumbuhan dadap lebih dikenali dari bunganya yang berwarna merah (erythrine), maka nama ilmiahnya Erythrina.
Kacang babi memiliki Bungan berwarna keabu-abuan (tephros), maka disebut Tephrosia.
Bunga kancing memiliki bentuk karangan bunga yang membulat (globe), maka disebut Gomprena globosa.
Turi merupakan jenis Sesbania yang tergolong besar bunganya (grandiflora), maka disebut Sesbania grandiflora.

Baca juga: Melastoma (Harendong)

Sifat buahnya
Delima memiliki bunga berwarna merah-delima (puniceus) dan bentuk buah membulat yang isinya berbutir-butir (granum), maka disebut Punica granatum.
Kacang panjang berbuah bentuk silinder, maka disebut Vigna cylindrica.
Srikaya dikenal buahnya tampak seperti bersisik (squamous), disebut Annona squamosa.
Leunca dikenal buahnya berwarna hitam bila telah menua, disebut Solanum nigrum (ingat bangsa Negro, berkulit hitam, hitam = niger, negros).
Kacang tanah dikenal dengan buahnya yang tumbuh di dalam tanah (hypo = bawah, geo = tanah), maka disebut Arachis hypogea.
Nangka memiliki tipe buah yang sebenarnya adalah menyempit/tipis (artus), sedangkan yang kita makan sebenarnya perhiasan bunganya yang menebal, jadi bukan buahnya (carpus), maka disebut Artocarpus. Jenisnya: Artocarpus integra (nangka berdaun pinggirnya rata), Artocarpus altilis (nangka sukun berbatang tinggi/altus).
Sifat bijinya
Tumbuhan berkeping biji satu (Monocotyledonae), tumbuhan biji berkeping dua (Dicotyledonae).
Sifat rhizom (akar tinggal)
Kunyit memiliki akar tinggal berwarna kuning, karena mengandung zat warna kuning (curcumin) dan sering digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (domesticus), maka disebut Curcuma domestica.
Temu lawak memiliki rhizoma berwarna kuning pucat, maka disebut Curcuma xanthorriza.
Sifat tumbuhan berumbi (memiliki tuber)
Solanum tuberosum (kentang, sejenis solanum yang memiliki umbi)
Polianthus tuberosa (bunga sedap malam, berumbi).

Sumber:
Yudianto. (1990). Dasar-dasar Mengerti Tetumbuhan. Bandung: Biologi FPMIPA IKIP



Sunday, November 25, 2018

Menelusuri Makna Guru


Hasil gambar untuk selamat hari guruGuru berasal dari kata digugu dan ditiru, Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Sebagai guru harus ditiru, artinya seorang guru harus menjadi suri tauladan (panutan) bagi semua muridnya. Kepada sosok seperti ini, kita sandarkan kepercayaan penuh sekaligus sumber dan inspirasi keteladanan dalam mendidik anak-anak bangsa. 

Ada banyak indikator untuk menempatkan guru sebagai sosok yang layak digugu dan ditiru. Tergantung cara pandang kita tentang guru. Namun, setidaknya kita dapat melihat guru dari dua indikator, yaitu kompetensi dan sikap. Seharusnya, guru dapat digugu karena kompetensinya. Guru dapat ditiru karena sikapnya. Guru tidak hanya menjalankan tugas mengajar di depan kelas. Tapi guru dituntut untuk mampu mengembangkan kemampuan dan kecerdasan siswa secara komprehensif, baik intelektual, emosional, dan spiritual. Bahkan guru kini, dianggap menjadi sosok sentral dalam membentuk karakter siswa.
“Membangun suatu bangsa diawali dari dalam kelas oleh karena itu tanamkan kejujuran dan disiplin kepada anak didikmu” kata seorang Profesor dalam sebuah seminar. Baik buruknya suatu bangsa tidak bisa terlepas dari peran guru di sekolah. Guru adalah orang yang memberikan pengetahuan sekaligus pendidikan akhlak terhadap murid-muridnya. Ia mengajari cara membaca, berhitung, berpikir, dan sebagainya. Guru juga mengajarkan nilai-nilai moral dan nilai-nilai akhlak yang tinggi kepada murid-muridnya. Ia tidak hanya memberikan pengetahuan saat di sekolah, tetapi juga memberikan bimbingan saat dibutuhkan di luar sekolah.
Pada kenyataan ini, siapapun yang menjalankan profesi sebagai guru harus memiliki kepekaan terhadap berbagai realitas dan dinamika kehidupan. Guru tidak hanya dituntut agar mampu melakukan transformasi ilmu dan pengetahuan kepada siswa semata. Tapi guru juga harus memiliki tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk membangun karakter dan kemampuan literasi siswa.
Guru dituntut mengajarkan kebaikan-kebaikan yang mungkin tidak didapatkan seorang anak dari orang tuanya di rumah. Tanpa pendidikan dan bimbingannya, bisa jadi kita tidak akan mengetahui segala yang nyata maupun yang tersembunyi di alam raya ini. Tanpa bimbingannya pula, bisa jadi kita tidak dapat membedakan mana yang benar maupun yang salah, mana yang diperbolehkan dan mana yang dilarang. Jasa seorang guru dalam mendidik dan mencerdaskan murid-muridnya tidaklah dapat diukur dengan materi. Berkat jasa gurulah, kita menjadi terpelajar, menjadi orang yang berilmu sehingga dapat membedakan mana hal yang baik dan buruk.
Indikator guru layak digugu adalah kompetensi guru. Guru yang kompeten. Guru yang memiliki kompetensi dalam memahami problematika pembelajaran. Belajar bukanlah proses untuk menjadikan siswa sebagai “ahli” pada disiplin ilmu tertentu. Belajar adalah proses agar siswa dapat menemukan potensi dan jati dirinya terhadap disiplin ilmu. Dengan belajar, siswa seharusnya mendapat ruang yang lebh besar untuk menambah “pengalaman”. Siswa lebih membutuhkan ‘pengalaman” dalam belajar, bukan “pengetahuan”.
Dalam konteks inilah, guru harus memiliki kompetensi yang cukup dalam proses pembelajaran. Dukungan kompetensi guru yang memadai pada akhirnya akan meniadakan problematika pembelajaran yang bertumpu pada kurikulum dan garis besar program pengajaran. Kompetensi guru adalah titik sentral proses pembelajaran saat ini. Kompotensi guru harus berpijak pada kemampuan guru dalam mengajarkan materi pelajaran secara menarik, inovatif, dan kreatif yang mampu membangkitkan kegairahansiswa dalam belajar.
Sikap guru adalah indikator yang menjadikan guru pantas ditiru. Sekalipun sibuk mengurus sertifikasi atau kesejahteraan, guru harus memiliki sikap bangga dan patriotrik terhadap prefesi yang dipilihnya. Sikap guru yang terlalu biasa, kurang positif terhadap mata pelajaran tidak pantas terlihat pada diri siswa. Bangga mengajar mata pelajaran yang menjadi spesialisasinya adalah sikap guru yang utama. Sikap bangga inilah yang akan menjadikan guru lebih bergairah dalam mengajar sehingga dapat memberi nilai tambah, di samping proses pembelajarn menjadi menarik. Ketahuilah, sikap guru adalah keteladanan siswa terhadap mata pelajaran yang diikutinya.
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Guru
www.ilmudaninfo.com

Friday, November 23, 2018

Humor Sufi: Mungkinkah Ayam yang Sudah Dimasak Dapat Bertelur?


Suatu saat, seorang pedagang melakukan perjalanan. Karena kelelahan, ia memutuskan untuk bermalam di sebuah penginapan. Tak berselang lama, pelayan hotel menyuguhkan ayam dan dua butir telur serta sepotong roti untuk santap malam. Keesokan harinya, pedagang itu bermaksud melanjutkan perjalanannya.
“Soal tagihanku, kita perhitungkan nanti saja setelah aku kembali,” kata pedagang itu. Tak terasa tiga bulan berlalu. Pedagang itu kembali bermalam di penginapan itu. Pelayan hotel kembali menyuguhkan ayam dan dua butir telur seperti sebelumnya. Ketika pedagang itu bangkit dan pergi, ia menemui pengelola hotel.
“Maaf Pak, sudah lama aku belum mebayar utang. Berapa jumlah utangku sekarang?” kata pedagang itu membuka percakapan.
“Wah, itu sudah lama sekali. Bayar saja aku dua ratus piesters (nilai mata uang yang cukup besar waktu itu), lalu kau boleh pergi,” jawab pemilik hotel.
Pedagang yang tahu betapa harganya uang sebesar itu menjawab, “Wahai Tuan, apakah engkau sudah gila? Apa maksud permintaanmu dua ratus piesters sebagai harga dari dua potong ayam dan empat telur?”
“Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa seharusnya sudah lama kau harus melunasinya. Jika aku terangkan secara rinci, maka akan jelas permasalahannya. Dan engkau tidak bisa mengelak karena engkau sudah datang sejak tiga bulan lalu ke penginapan ini.
“Ayam yang engkau makan tiga bulan lalu jika setiap hari bertelur pasti sudah mengeluarkan telur yang banyak sekali dan jika telur-telur itu diletakkan dibawahnya agar dierami, maka akan menetas beberapa ekor anak ayam, dan jika ayam-ayam itu besar pasti akan bertelur lagi.
“Dan jika semua itu dijumlahkan, maka aku akan mempunyai pasukan ayam dan jumlahnya pasti sudah ribuan piesters saja, dan pasti jumlah yang aku minta terlalu sedikit dibanding kerugian yang semestinya aku terima,” kata pengelola hotel.
Perang mulut di antara mereka terus berlanjut, sehingga pertengkaran ini berakhir di persidangan.
“Apakah engkau tak mampu membayar harga dua ekor ayam dan telurnya?” Tanya jaksa kepada pedagang.
“Karena harganya terlalu murah, aku berkata kepada pemilik penginapan untuk membayarnya nanti saja setelah aku kembali,” jawab sang pedagang.
“Bukankah dua ekor ayam dan empat butir telur dapat menelurkan ribuan telur lagi?”
“Sudah pasti.”

Baca: Tuan Hakim Yang Bodoh 
 
Lantas pedagang tersebut mengutarakan beberapa argumen, namun tidak diterima oleh jaksa. Ketika ia mengetahui bahwa hakim akan menjatuhkan sangsi kepadanya dengan membayar dua ratus piesters, hatinya mulai gusar, dan ia minta kepada hakim untuk menunda putusan. Jaksa pun menunda hasil putusan siding.
Di luar persidangan, pedagang tersebut berdiskusi dengan teman-temanya mengenai langkah apa yang bisa dilakukan dirinya agar mendapatkan putusan yang bijak. Beberapa orang menyarankan kepadanya untuk menemui dan menyampaikan perkaranya kepada Juha.
Akhirnya pedagang tersebut nenemui Juha dan menceritakan permasalahannya dengan rinci. Pedagang tersebut memberi kuasa kepadanya agar membelanya dalam persidangan.
Tapi saat hari persidangan tiba, Juha tidak menunjukkan batang hidungnya. Inilah yang membuat jaksa kesal karena harus menunggu Juha, dan akhirnya ia mengutus seseorang untuk menjemput Juha.
“Mengapa kamu tidak datang tepat waktu dan membiarkan kami menunggu terlalu lama? Kamu telah membuat peserta siding menunggu,” kata jaksa dengan nada marah kepada Juha tatkala Juha menginjakkan kakinya di tempat persidangan.
“Jangan marah Pak, ketika aku ingin datang ke pengadilan pada waktunya, teman yang aku minta untuk menanam gandum di ladang akan datang. Aku menemuinya dan memberikan sebungkus biji gandum yang sudah ditumbuk. Karena sepengetahuanku para petani menanam biji gandum namun aku tidak mendapat bagian dari hasil panennya.
“Oleh karena itulah aku menanam gandum yang sudah ditumbuk dengan harapan dapat menghasilkan panen yang banyak, aku memberikan dua bungkus biji gandum yang sudah ditumbuk. Itulah sebabnya kenapa aku bisa terlambat datang ke persidangan ini,” Juha menerangkan.
“Apakah kalian dengar bahwa biji gandum yang sudah ditumbuk dapat tumbuh kembali?” Tanya jaksa.
“Apakah ayam yang sudah dimasak dapat bertelur? Dan apakah telur itu dapat menetas lalu bekembang menjadi ayam yang besar? Dan apakah pantas menghukum pedagang atas dua ayam, dan empat telur yang dimakannya dengan bayaran sebesar dua ratus piesters?” Juha balik bertanya.
Mendengar penuturan Juha, jaksa tidak bisa berbuat apa-ap. Terpaksa, jaksa membatalkan putusannya dan melepaskan Juha serta memerintahkan pemilik penginapan untuk pulang.
Sumber: Hidayah Edisi 81 Mei 2008

Wednesday, November 21, 2018

HUMOR SUFI: Tuan Hakim Yang Bodoh


Pada suatu tengah malam, seorang pencuri memanjat tembok orang kaya yang terkenal bakhil dan bodoh. Ketika pencuri itu menginjak ambang jendela, ternyata kayunya sudah rapuh hingga runtuh. Akibatnya pencuri itu pun terjerembab ke tanah. Kakinya patah dan tidak dapat berlari. Karena itu, dengan mudah ia diringkus dan dihadapkan kepada hakim.

Konon, hakim negeri itu masih ada hubungan family dengan Raja. Otaknya bebal, dan tadinya tidak punya pekerjaan. Supaya memperoleh penghasilan dan agar ia dapat dikendalikan, Raja justru mengangkat orang bodoh tersebut menjadi hakim.

Begitulah. Malam itu, setelah pencuri berada di mukanya, sang hakim pun bertanya, “Tahukah kamu mengapa dibawa kehadapanku?”.

Pencuri itu berakal cerdik. Maka dengan berani ia menjawab, “Saya dihadapkan kemari untuk mengadukan suatu urusan.”

“Urusan apa?” Tanya hakim.

“Begini. Saya baru saja memanjat tembok orang kaya itu,” sambil menunjuk kea rah si hartawan. “Pada waktu menginjak ambang jendela kamarnya, kayunya patah sehingga saya terjatuh dan luka-luka. Maka saya datang menghadap agar Tuan menghukum orang kaya itu. Karena gara-gara ketelodorannya memasang kayu yang rapuh, saya pun mendapat celaka.”

Hakim goblok itu mengangguk-angguk. “Apa betul, hai hartawan, kayu jendelamu patah?” Orang kaya itu menyahut, “Betul, Tuan.”

Kata hakim bila demikian, engkau akan kuhukum tiga tahun penjara. Jika kelak ternyata si pencuri meninggal dunia, engkau pun akan dihukum mati.”

Hartawan itu gemetar. Namun, dengan kecerdikannya ia menyanggah, “Seharusnya kesalahan itu tidak ditimpakan kepada saya, Tuan Hakim. Sebab bukan saya yang bersalah. Tukang kayu yang memasang jendela itulah yang harus dihukum.”

Hakim goblok itu bisa juga berpikir. Ia menggumam, “Betul, betul. Yang salah memang tukang kayunya. Bukan hartawan ini.”

Maka hakim pun memerintahkan untuk mencari si tukang kayu, sedangkan hartawan tersebut segera dilepaskan.

Setelah tukang kayu itu tertangkap dan dibawa ke meja hijau, hakim bertanya, ”Betulkah kamu yang membuat dan memasang jendela di rumah orang kaya itu?”

Tukang kayu itu mengangguk sejujurnya. Sebab ia merasa tidak punya kesalahan apa-apa.

Hakim berkata, “Kalau begitu, kamu akan dihukum tiga tahun. Sebab, akibat kelalaianmu menyebabkan seorang pencuri terjatuh dan luka-luka. Kalau pencuri itu meninggal dunia, engkau pun akan dihukum mati.”

Untung tukng kayu cepat tanggap. Ia cepat membantah, “Maaf, Tuan Hakimyang terhormat. Saya mengaku membuat jendela itu kurang kuat. Tetapi, yang salah bukan saya.”

“Siapa?” Tanya hakim.

“Seorang gadis berbaju mera.”

“Alasanmu?”

“Begini, Tuan, “jawab tukang kayu. “Waktu saya sedang mengerjakan jendela, lewatlah gadis berbaju merah itu dengan lenggangnya yang menawan. Saya terpesona oleh baju merahnya yang serasi, jadi mata saya tertuju terus kepadanya.”

“Wah, kurang ajar gadis berbaju merah itu, “sambut Tuan Hakim. “Pengawal! Cari dan seret gadis berbaju merah itu kemari.”

“Dengan paksa akhirnya gadis berbaju merah itu di bawa menghadap hakim setelah digerebek di pasar. Ia langsung ditanya oleh hakim. “Apa benar kata tukang kayu? Pada waktu ia sedang membuat jendela, kamu berjalan di muka rumahnya dengan memakai baju mera?”

“Gadis itu mengangguk polos. Dan anggukan itu mengundang malapetaka. Sebab ia pun diancam akan dihukum. Maka dengan keras ia berkilah, “Kalau soal baju merah, sudah tentu yang salah bukan saya.”

“Jadi, siapa?” Tanya hakim menghardik.

“Tukang celup baju. Mengapa ia mencelup baju saya berwarna merah?”

“Hem, alasanmu masuk akal. Memang tukang celup itu yang harus dijatuhi hukuman setimpal,” ujar hakim.

Secara tangkas para punggawa yang diperintahkan menangkap tukang celup dapat menemukan rumahnya. Karena ia tidak bisa berdalih, akhirnya hukuman tiga tahun dijatuhkan kepadanya. Malang pula nasibnya. Beberapa minggu kemudian, si pencuri sakit dan meninggal dunia. Sesuai dengan keputusan semula, si tukang celup yang kebetulan bertubuh amat jngkung itu dikeluarkan dari selnya dan dibawa menuju tiang gantungan untuk dihukum mati.

Baca: Abu Nawas Membuat Onar di Tengah Pasar
 

Sesudah jerat terpasang di leher tukang celup itu, ternyata tiang gantungannya terlalu pendek dibandingkan dengan tinggi badan si tukang celup yang amat jangkung tersebut. Maka selama dua jam tukang celup itu tidak mati-mati.

Algojo pun kebingungan. Ia mendatangi tuan hakim dan mengadu, “Maaf, Tuan. Sudah dua jam tukang celup itu belum mati.”

“Sebabnya?” Tanya hakim keheranan.

“Orangnya terlalu jangkung sedangkan tiang gantungannya sangat pendek.”

“Bodoh kamu,” damprat hakim. “Begitu saja tidak bisa diatasi.”

“Bagaimana, Tuan?” Tanya algojo.

“Jika dia terlalu tinggi, cari lah tukang celup lain yang pendek. Gantunglah tukang celup yang pendek itu.”

Hari itu juga tukang celup yang jangkung dibebaskan, sedangkan seorang tukang celup berbadan kerdil ditangkap lalu dijatuhi hukuman gantung. Ia tidak ada kaitan apa-apa dengan perkara itu.

Kesalahannya Cuma satu: Kebetulan tubuhnya pendek dan hakim negeri itu orang paling bodoh yang pernah memegang wewenang hukum. Untunglah kejadian semacam itu tidak terulang lagi. Sebab, sesudah Raja yang lama meninggal dunia, Raja yang baru adalah seorang pemimpin Negara yang bijak dan adil. 
(Hidayah Edisi 43 Tahun 2005)